Sabtu, 07 Januari 2012

14th DAYS part I-II

PART I
“Elisa! Kamu lihat nih nilai kamu? Masak dapet F semua?! Kamu nggak pernah merasa malu sama temen – temen kamu kalo nilai kamu F terus? Apa kamu ga punya tekad untuk lebih giat lagi? Kakak udah capek tau nggak.Kamu selalu alasan untuk les, tapi aslinya keluyuran.Disekolah, kerjaannya buat ulah.Dirumah apa lagi? Terus buat kakak marah.Apa kamu mau kakak mati cuma gara – gara marahin kamu, hah?!” Omel Kak Sita.Elisa hanya terdiam sambil mengunyah permen karet yang ada dimulutnya. “Sekarang kamu mau gimana? Kakak udah capek ngurusin kamu tau nggak?!” Kata Kak Sita lagi. “Ooh. Kakak capek ya.Gue juga.Gue udah ngantuk, mendingan, sekarang Kakak keluar terus tidur, tenangin hati Kakak” Kata Elisa sambil mendorong Kakaknya keluar kamar. “Hei! Elisa!!” Teriak Kak Sita.Elisa langsung mengunci pintu kamarnya.Kak Sita hanya menggedor pinta Elisa sambil memanggil namanya.Elisa melempar tubuhnya diranjangnya yang empuk. “Huh, repot juga kalo udah nggak ada Mama sama Papa.Kenapa Mama sama Papa harus pisah?” Cetus Elisa.Elisa terbangun kembali dan menuju meja belajarnya.Disana terdapat satu foto Elisa, Kak Sita, Mama dan juga Papa yang sedang bersama dan senang.Elisa menatap foto itu. “I love you Mom, I love you Papa, I love you… Aah, nggak. Kak Sita itu nggak perlu dicintai.Orang kerjaannya marah –marah ke gue mulu L” Kata Elisa.
Elisa berjalan menuju kelasnya.Pagi ini suasana sekolah masih sepi.Entah, karena Elisa yang berangkat terlalu pagi atau memang semua penduduk sekolah yng datang telat.Tapi Elisa tak mempedulikan itu. “Eh, Elisa.Tumben banget lo dateng pagi – pagi?” Tanya Endita, sahabat Elisa. “Ngeledek gue nih ceritanya?” “Haha, nggak kok.Kan biasanya lo telat” “Woooo!!! Ini gara – gara monster dirumah gue lagi kesel.Makanya gue bisa dateng sepagi ini” “Nenek lampir? Siapa monster dirumah lo?” Tanya Endita bingung. “Siapa lagi kalo bukan Sita? Ish, gue kesel banget” “Lo ribut lagi sama Kak Sita?” “Iya.Gara – gara nilai gue F semua” “Hah? Ya jelas aja kalo Kak Sita marah! Orang nilai lo aja F semua. Kalo gue jadi Kakak lo, gue juga bakalan marah kali.Apa lagi sekarang lo Cuma berdua sama Kak Sita” “Ooh, jadi lo ngebela Sita?” “Iih, nggak gitu juga kali” “Aaah” Kata Elisa kesel. “Iih, jangan marah dong.Gue sebagai sahabat lo kan menasihati” Elisa hanya terdiam.
“Lo jadi ke rumah gue sekarang?” Tanya Elisa kepada Endita. “Hmm, kayaknya nggak jadi deh, Lis.Gue capek banget hari ini.Maaf yaaa” Kata Endita sambil memegang pergelangan tangan Elisa. “Haahh. Iya deh” “Gue janji, lain kali gue ke rumah lo deh” Kata Endita. “Iya” Jawab Elisa. “Ya udah, karena gue nggak bisa main, gue anterin lo pulang deh” Kata Endita.Endita pun mengantarkan Elisa pulang kerumahnya. “Thanks ya, Dit” Kata Elisa.Endita hanya tersenyum.Elisa segera masuk ke dalam rumah.Ternyata Kak Sita sudah menyambut kedatangannya. “Lis, cepetan makan siang, terus ganti baju.Habis ini ada seseorang yang mau ngajarin kamu.Dia adiknya temen Kakak” Kata Kak Sita. “Apa? Jadi maksudnya, belajar privat?” Tanya Elisa shock. “Iya dong.Biar nilai kamu nggak F semua.Udahlah.Buruan sana, Kakak jamin kamu pasti semangat belajar” Kata Kak Sita sambil tersenyum. “Ish” Keluh Elisa.Elisa segera makan siang dan ganti baju.Iya mengambil semua buku – buku. “Lis, cepetan! Orangnya udah dateng” Panggil Kak Sita. “Ish, cerewet banget sih” Keluh Elisa.Elisa segera keluar dan membawa bertumpuk – tumpuk buku.Elisa sangat terkejut saat meliat adik teman Kak Sita.Buku – buku Elisa jatuh berserakan.
PART II
Elisa hanya menatap cowok berkulit putih, bewajah manis dan bertampang pintar ini.Cowok itu hanya tersenyum.Elisa hanya terkagum. “Lo Elisa ya?” Tanya cowok itu. “Iya” Jawab Elisa mati rasa.Cowok itu segera membereskan buku – buku Elisa yang berserakan. “Ooh, nggak usah.Biar gue aja” Kata Elisa.Elisa masih mencuri pandangan.Cowok itu hanya tersenyum dan tak membantu Elisa. “Ayo, bisa dimulai belajarnya?” Tanya cowok itu.Elisa hanya mengangguk. “Oke, pelajaran sekarang adalah matematika.Karena kayaknya lo agak kesulitan, gue bakalan ulangi dari awal.Gue bakal ngejelasin semua dan terakhir evaluasi” Kata cowok itu.Cowok itu menjelaskan panjang lebar.Elisa tak menangkap materi yang diajarkan oleh guru privatnya.Ia malah sibuk menatap guru privat barunya. “Lo ngerti?” Tanyanya. “Apa? Ngerti apa?” Tanya Elisa bingung. “Yang udah gue jelasin tadi” Katanya. “Hmmm, belum” Jawab Elisa.Kayaknya cowok itu masih sabar. “Ada yang mau ditanyain?” Tanya cowok itu. “Ada” “Apa” “Hmm, nama lo siapa? Kan lo tadi belum perkenalan” “Ooh iya.Maaf gue lupa.Nama gue Evan” Jawab Evan sambil tersenyum. “Evan.Ooh” Jawab Elisa. “Ada yang mau ditanyain lagi?” Tanya Evan. “Hmm, ada” Kata Elisa sambil menjentikan jarinya. “Apa?” “Nomor handphone lo berapa? Hmm, bagi pin juga nggak apa – apa” Kata Elisa sambil tersenyum.Evan hanya menatap Elisa dengan pandangan dingin.
“Iya. Lo tau? Namanya Evan.Gila, cakep banget orangnya Cerita Elisa kepada Endita. “Bagus deh, jadi lo ada semangat belajar lagi” Kata Endita.Elisa hanya tersenyum.Tiba – tiba semua anak – anak sekolah pada gempar. “Ada apaan sih?” Tanya Endita. “Nggak tau.Lihat yuk” Ajak Elisa.Ternyata seorang murid baru, Tinggi, putih, manis, bertampang pintar lewat.Tapi ia memasang wajahnya yang dingin.Auranya memancar kesetiap para cewek – cewek di SMAN 5 ini. “Evan!” Cetus Elisa. “Evan?” Tanya Endita. “Iya.Itu Evan.Itu Evan, Dit” Kata Elisa.
“Kok elo pindah kesini, Van?” Tanya Elisa saat di kantin. “Gue? Hmmm, gue, gue nggak betah sekolah disekolah yang dulu” “Kenapa? Perasaan sekolah lo sekolh unggulan” “Iya.Apa sih gunanya sekolah di sekolah unggulan tapi nggak betah?” Kata Evan. “Haha, iya.Bener juga kata lo” Kata Elisa. “Eh, Lisa.Gue cariin kemana – mana, ternyata lo malah disini” Kata Endita.Elisa hanya tersenyum. “Dit, ini loh yang namanya Evan.Van, ini sahabat gue.Namanya Endita” Kata Elisa. “Endita” Kata Endita. “Evan” Jawab Evan. “Ooh iya, kenapa lo nyariin gue?” Tanya Elisa. “Hmm, nggak apa – apa sih.Tadinya gue mau ngajakin lo ke perpus.Tapi berhubung lo udah ada temennya, ya, nggak jadi” Jawab Endita. “Hehe, sorry, Dit” “Iya, nggak apa – apa.Boleh gue duduk disini?” Tanya Endita. “Duduk aja” Jawab Evan. “Elo Endita Vidya Sari, yang biasanya olimpiade di SMAN 1 itu kan?” Tanya Evan. “Iya.Kok lo tau?” “Iya.Gue biasanya juga ikut olimpiade” “Ooh iya?” “Iya.Haha, mungkin lo nggak teliti kalo gue ada disana” Jawab Evan. “Iya kali ya” Jawab Endita sambil tersenyum. “Endita emang pinter. Tapi, pelit banget kalo disuruh ngajarin orang” Cetus Elisa. “Nggak tuh” Jawab Endita. “Biasanya?” “Kan lo minta jawaban.Bukan minta ngajarin.Makanya gue pelit” Kata Endita. “Sama aja” “Beda!” Protes Endita.Evan hanya tersenyum.
Hari demi hari berlalu.Evan. Elisa dan Endita kini bersahabat.Tak hanya itu, mulai sekarang nilai – nilai Elisa pun membaik.Elisa lebih sering mendapat nilai B, bahkan A.Dan sekarang, Trio E adalah trio pintar.Elisa, bukan lagi di cap sebagai anak yang bodoh.Tapi pintar.Ia juga mencoba ikut olimpiade bersama kedua sahabatnya itu.Tapi untuk bandelnya? Masih belum terjamin ia sudah polos atau belum.
Hari ini, Elisa, Evan dan juga Endita belajar bersama dirumah Evan. “Eh, lo Elisa adiknya Sita ya?” Tanya Kakak Evan, Faris. “Iya” Jawab Elisa. “Ooh, gimana belajar bareng Evan? Seru kan?” “Iya” “Ooh.Gimana kabar Sita? Dia baik – baik aja kan?” “Iya” “Kok lo jawabnya iya mulu?” “Terus gue mau jawab apa? Enggak?” “Bukan gitu.Tapi iya terlalu singkat.Lo nggak nanya apa gitu ke gue?” Tanya Faris. “Nggak” “Tuh kan” “Iih, jangan protes mulu ahh!” Protes Elisa. “Aah. Gitu aja marah” Kata Faris sambil mencolek pipi Elisa. “Iih! Nyebelin banget sih!” Protes Elisa.Kak Faris hanya menjulurkan lidahnya ke arah Elisa.Elisa melihat Evan dan Endita yang sedang mengerjakan soal bareng.Rasanya disini Elisa tak dianggap. “Eeh, kok kalian aja yang ngerjain? Gue nggak dikasih bagian?” Protes Elisa. “Ooh.Sorry, Lis.Nih” Kata Evan mmberikan 15 soal.Elisa pun langsung mengerjakannya. “Van, yang ini gimana? Gue bingung” Kata Endita. “Iih, masak segampang ini nggak bisa?” Tanya Evan sambil tersenyum. “Ajarin” Kata Endita. “Iya deh.Sini pensil lo mana” Kata Evan.Endita memberikan pensilnya.Evan pun menjelaskan. “Van, kayaknya gue males deh negrjain sendiri, lo kan udah selesai, bantuin gue ya” Kata Endita. “Hmm, gimana yaa?” “Ayolah” Pinta Endita. “Iya deh” Jawab Evan.Endita dan Evan pun mengerjakan soal Endita secara bersama – sama. “Duh, kenapa Cuma Endita yang dibantuin? Gue kesulitan satu nomor nih.Ish, tau gini, males banget deh ngajakin Endita” Kata Elisa dalam hati.Elisa hanya memandangi Evan dan Endita yang duduk bersebelahan.Elisa kembali mengerjakan soalnya hingga selesai.Tapi masih ada satu nomor yang belum dikerjakan.Ia merasa sungkan jika minta bantuan kepada Evan. “Lo udah selesai, Lis?” Tanya Evan. “Udah.Tapi tinggal satu nomor lagi” “Perlu gue bantu?” Tanya Evan. “Ooh. Nggak usah.Ntar gue cari sendiri” Jawab Elisa. “Lo yakin?” “Iya.Gue yakin.Eeh, gue keluar bentar ya” “Mau ngapain?’ Tanya Endita. “Ngadem” Jawab Elisa. “Kan disini udah ada AC” Jawab Evan. “Nggak baik ngadem di ruangan ber-AC.Mendinganpake angin asli” Jawab Elisa yang lalu keluar.Endita dan Evan sudah tak peduli lagi dengan Elisa.Elisa menengok dari jendela. “Mereka masih berdua” Pikir Elisa. “Woi!” Bentak Faris mengejutkan Elisa. “Iihhhh!!!!” Pukul Elisa ke Faris. “Aauw.Lo kalo mukul sakit banget ya?” Protes Faris. “Kenapa? Nggak suka?” Tanya Elisa. “Iih, sewot amat sih” Kata Faris sambil mengelus lengannya yang habis dipukul oleh Elisa.Elisa terdiam dan mengalihkan pandangan. “Kok nggak kedalem?” Tanya Faris. “Nggak” “Kenapa?” “Panas” “Panas? Perasaan dirumah gue pake AC deh” Jawab Faris.Elisa hanya terdiam.Faris menengok ke dalam dari jendela. “Ooh, pantes aja panas” Kata Faris.Elisa memainkan Handphone-nya. “Eeh, gue mau Tanya ke elo” Kata Faris. “Apa?” “Lo suka sama Evan ya?” Goda Faris. “Nggak ada pertanyaan yang lain?” “Wah, lo protes mulu nih.Berarti lo suka kan?” “Nggak!” “Dari muka lo aja udah gitu” “Emang muka gue kenapa?” “Kusut.Pantes aja di dalem lo ngerasa kepanasan, orang si Evan nempel sama Endita terus” “Udah, diem aja deh” “Aaah, jangan marah.Gue bercanda” “Iya, bercanda sih bercanda, tapi jangan manas – manasin gue” “Siapa yang manas – manasin elo? Ooh, jadi lo ngerasi gue manasin elo? Berarti bener dong kalo lo suka ma adik gue?!” “Aaah!!! BT gue!” Kata Elisa.Elisa segera masuk ke dalam. “Yeee, malah marah.Padahal gue mau bantu.Dari pada di dalem, dia tambah panas” Cetus Faris. “Udah selesai ngademnya, Lis?” Tanya Evan. “Nggak jadi” “Kenapa?” “Gara – gara Kakak lo tuh.Males banget gue” “Si Faris emang gitu.Udahlah, biarin aja” Jawab Evan. “Eeh, nih masih ada 25 soal lagi.Mendingan kita kerjain bareng yuk” Kata Endita. “Ya.Hmm, mendingan dibagi aja” “Iya.Dibagi 2 gimana? Karen ague sama lo, jadi kita ngerjain 20.Elisa 5 soal aja. Gimana?” Tanya Endita. “Kenapa nggak dibagi 3 aja?” Tanya Elisa. “Nggak.Dibagi 2 aja deh. Soalnya gue lagi males ngerjain” Kata Endita sambil tersenyum.Elisa hanya terdiam.Mungkin dirinya masih dianggap kurang oleh Endita.Maka itu dikasih 5 soal.5 soal selesai Elisa kerjakan dalam waktu 4,5 menit. “Cepe banget?” Tanya Endita. “Cuma 5 soal matematika.Gampang” Jawab Elisa. “Wahh, udah pinter, sombong deh” Kata Evan bercanda. “Apaan sih?!” Keluh Elisa.Elisa terdiam.Evan dan Endita masih mengerjakan soal bareng.Mereka kayak orang pacaran.Elisa semakin panas.Elisa mengalihkan pandangannya, namun sesekali melirik mereka.Elisa segera membereskan buku – bukunya. “Eeh, gue duluan ya” Kata Elisa. “Kenapa?” Tanya Endita. “Iya, Sita udah ngomel – ngomel” Kata Elisa beralasan. “Ooh.Ya udah.Hati – hati aja ya, Lis” Kata Evan sambil melambaikan tangan.Elisa hanya tersenyum.
To be continued ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar